Kampung Tangsi Jaya Gunung Halu Berhasil Terapkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

DEPOK24JAM– Kampung Tangsi Jaya, Kabupaten Bandung Barat, mengalami transformasi luar biasa setelah sukses menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Gunung Halu. Sebelumnya minim akses listrik, kini kampung tersebut tumbuh pesat, menciptakan sumber listrik sendiri dan menghidupkan perekonomian lokal.

Sebelum adanya PLTMH, Tangsi Jaya tidak hanya kekurangan penerangan, tetapi juga tidak memiliki peralatan elektronik seperti magic com, kulkas, dan TV. Dengan adopsi energi terbarukan melalui PLTMH Gunung Halu, kampung tersebut lebih mandiri dengan adanya pencahayaan dan listrik yang mendukung kehidupan sehari-hari warganya.

Pengelola PLTMH Gunung Halu, Toto Sutanto (45), memaparkan perubahan signifikan yang terjadi. “Dulu itu, tidak ada penerangan sama sekali sebelum adanya PLTMH. Lalu disini dulu tidak ada alat elektronik, seperti magic com, kulkas, pesawat TV itu semua tidak ada. Jadi ekonomi sebelum ada mikrohidro ini, masih di bawah perekonomiannya,” ujar Toto.

PLTMH Gunung Halu, yang merupakan dana hibah dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007, memiliki kapasitas 18 kWh. Dengan daya tampung tersebut, PLTMH mampu mengaliri 80 rumah di Kampung Tangsi Jaya.

Selain memberikan listrik untuk puluhan rumah, energi listrik dari PLTMH Gunung Halu juga mendukung operasional pabrik kopi, yang menjadi sentral perekonomian di kampung tersebut. Kebanyakan warga di Tangsi Jaya merupakan petani kopi.

“Dari PLTMH, listrik masuk ke pabrik kopi terlebih dahulu untuk pengelolahan kopi. Jika di hitung-hitungan, pabrik kopi hanya menggunakan 12 kWh kalau semua mesin digunakan. Kalau misalkan tidak kuat, pasti kami off terlebih dahulu ke warga. Tapi alhamdulilah sampai sekarang, saya tidak pernah mematikan listrik ke warga,” tambah Toto.

Meskipun masih terdapat listrik dari PLN, mayoritas kebutuhan listrik di Kampung Tangsi Jaya sudah terpenuhi melalui energi terbarukan dari PLTMH Gunung Halu, sebanyak 90 persen. Untuk biaya pengaliran listrik, warga hanya perlu membayar Rp25.000 dengan daya listrik 450 watt. Beberapa bangunan penting seperti sekolah, masjid, Paud, dan orang-orang jompo mendapatkan pembebasan biaya.

Toto yang juga Sekretaris Koperasi Rimba Lestari berharap untuk mengembangkan energi terbarukan lebih luas lagi, PLTMH Gunung Halu berencana menambah satu unit pembangkit.

Menanggapi hal ini, Manajer Program Transformasi Energi dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Deon Arinaldo, menyatakan bahwa PLTMH Gunung Halu dapat menjadi contoh nyata dalam mewujudkan demokratisasi energi.

“Masih ada potensi PLTMH di Jawa Barat berdasarkan kajian IESR sekitar 200 – 1.000 mW. Pemerintah perlu mendukung dengan memberikan penguatan kapasitas BUMDes atau koperasi masyarakat untuk mengelola pembangkit listrik terbarukan skala kecil tersebar,” ungkap Deon Arinaldo.

Dengan kesuksesan implementasi PLTMH Gunung Halu, kampung Tangsi Jaya menunjukkan bahwa pemanfaatan energi terbarukan bukan hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *