Usai Pendidikan di Barak Militer, Siswa Ini Justru Ogah Pulang

Siswa selesai pendidikan barak militer

DEPOK- Para peserta program Bela Negara di Kota Depok hari ini usai mengenyam pendidikan semi militer di Markas Kostrad Cilodong, Depok. Hingga penutupan siang tadi, ada 98 pelajar yang sampai akhir selesai ikut pendidikan.

Siang tadi, para peserta sudah dijemput oleh orang tua masing-masing usai upacara pelepasan yang dihadiri Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Suasana haru terasa saat para orang tua menghampiri anak-anaknya di lapangan upacara.

Namun ada pengakuan mengejutkan dari salah satu peserta bernama Ridona. Dia mengaku ogah pulang dan betah di barak militer.

“Ngga mau pulang,” kata Ridona di hadapan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, Senin (9/6/2025).

Siswa itu menuturkan lebih betah di barak ketimbang di rumah. Karena dia sering dimarahi orang tuanya ketika berada di rumah. Dia pun mengaku memilih tinggal di barak dibanding di rumahnya.

“Kadang-kadang suka marah-marah,” ucapnya.

Dedi pun langsung menyanggah bahwa seluruh siswa harus tetap Kembali pada orang tua masing-masing usai pendidikan. Namun jika ada yang ingin datang ke barak dipersilahkan sepekan sekali.

“Tapi kan tetap harus pulang. Nanti kalau senang kesini, kamu seminggu sekali kesini. Sekarang pulang ya,” katanya.

Dedi menuturkan, ini sebagai bukti bahwa pendidikan di barak militer bukanlah hal yang menakutkan. Program ini dianggap dapat mengatasi permasalahan anak-anak bermasalah.

“Pak wali kota untuk menangani anak-anak dan kita bisa lihat loh bagaimana anak-anak itu menangis nggak mau pulang, bukannya menangis dia merasa mendapat sesuatu yang tidak nyaman, dia menangis gak mau pulang saking betahnya. Artinya bahwa pendidikan di barak militer itu tidak menyeramkan sebagaimana orang gambarkan,” ujarnya.

Ditegaskan, program ini dapat menumbuhkan rasa kemanusiaan pada anak-anak. Kemudian mereka juga menjadi pribadi yang mandiri. Pelatih yang ada di barak militer pun bisa menjadi orang tua selama berada di barak.

“Tetapi justru rasa-rasa kemanusiaan justru tumbuh disini. Di mana para pelatih tumbuh sebagai orang tua mereka. Dan mereka dengan pelatihnya sangat dekat dan belum tentu didapatkan di tempat lain.  Bahkan kalau tempat lain mahal lho bayarnya pendidikan seperti ini, disini gratis difasilitasi oleh wali kotanya,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *