DEPOK- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi heran dengan warga yang enggan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Padahal di keluarga tersebut sudah memiliki banyak anak namun orang tuanya tidak bersedia ikut KB.
“Kalau disuruh KB ngga mau walau anaknuya banyal tapi kalau dengar ada bansos semua daftar,” katanya, Jumat (9/5/2025).
Namun respon sebaliknya jika ada program pemberian bantuan sosial (bansos). Warga akan sangat cepat merespon program bansos.
“Tapi kalau dengar ada bantuan sosial, cepat semuanya,” ujarnya.
Di hadapan warga Kp. Baru, Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Dedi menceritakan ada perbedaan sikap antara rakyat saat ini dengan era 1970-an. Saat itu kata dia, jika ada pendataan rakyat miskin tidak ada yang mau didata. Berbeda dengan rakyat saat ini ketika ada pendataan untuk bansos langsung bertanya berapa bantuan yang didapat.
“Tapi itu rakyat jaman sekarang. Rakyat tahun 70-an lain, tahun 70an kalau ada pendataan rakyat misik ngga ada yang mau, (ngaku) saya orang kaya, malu. Kalau sekarang, (ada pendataan) orang miskin, (pada nanya) bantuannya berapa. Ini harus diperbaiki. Pemimpin harus semakin baik pada rakyatnya, rakyatnya harus makin punya sikap yang baik,” sindirnya.
Dedi menegaskan tidak selamanya rakyat itu benar dan tidak selamanya pejabat salah. Menurutnya, Indonesia perlu perubahan mulai dari pejabat dan rakyatnya.
“Rakyat itu ngga selamanya benar, ada kalanya juga salah. Pejabat itu ngga selamanya salah, ada benarnya juga. Jadi sebenarnya di Indonesia ini yang harus berubah, bukan hanya pejabatnya, rakyatnya juga harus berubah. Buang sampah belum bisa, babat rumput belum bisa masih disuruh, jadi kayak anak-anak rakyat kita ini,” pungkasnya.