DEPOK- Bani Yusuf (25), warga Kemang, Kabupaten Bogor, kaget bukan main ketika ia berada di KRL tepat di Stasiun Depok Baru. Sejumlah pelajar, pada Senin, 30 September 2019 mengenakan seragam putih abu tiba-tiba menyerobot masuk KRL. Ia sempat terinjak. Begitu juga dengan penumpang lain.
Para pelajar yang menyerobot masuk KRL diduga berasal dari gabungan pelajar STM/SMK di Depok dan Bogor yang sama-sama berencana untuk terlibat aksi unjuk rasa di Gedung DPR RI kemarin, Senin, 30 September 2019. Titik kumpul mereka di Stasiun Depok Baru diketahui aparat. Bahkan, sempat terjadi keributan antara aparat dan pelajar di stasiun tersebut.
Sebagian pelajar ada yang naik KRL dan sebagian lain diamankan aparat. Sebagian lainnya berhamburan melarikan diri ke arah bekas terminal samping ITC Depok.
Menurut Bani, saksi mata yang ada di KRL, mengatakan kepada Depok24jam.com bahwa polisi sempat mengeluarkan senjata. Ia menduga upaya polisi tersebut untuk menakuti pelajar saja karena para pelajar tersebut diduga sangat membuat tidak nyaman para penumpang.
“Saya juga kaget. Tiba-tiba polisi mengeluarkan senjatanya. Tapi saya yakin dia hanya untuk menakuti saja supaya para pelajar gak bikin rusuh,” ujarnya.
View this post on Instagram
Min tadi ada keributan di KRL Stasiun Depok Baru antara aparat dan anak pelajar. . #depok24jam
Sebelumnya, dalam video yang diunggah beberapa akun terlihat saling dorong antara aparat dan pelajar di Stasiun Depok Baru. Menanggapi hal tersebut, Kapolresta Depok AKBP Azis Andriansyah menegaskan akan melakukan pengecekan terlebih dahulu. Untuk mengetahui, asal usul kejadian tersebut.
“Saya cek dulu TKP-nya, dimana itu apakah di depok atau tempat lain, termasuk apakah benar anggota saya di video itu,” ucap Azis di Mapolresta Depok, Senin 30 September 2019.
Menurut dia, selama ini pihaknya lebih mengutamakan tindakan preventif atau pembinaan sehingga dalam melakukan pengamanan setiap petugas tidak diperbolehkan membawa senjata api maupun tajam.
“Setiap melakukan apel pengamanan unjuk rasa yang diberlakukan beberapa minggu ini, tidak ada anggota yang dibekali senjata,” tegasnya.
Bahkan, setiap mengawali aktifitas pengamanan seluruh senjata yang dibawa petugas dikumpulkan. Hal tersebut, tidak hanya dilakukan kepada personel yang mengawal aksi unjuk rasa.
“Yang tidak bertugas mengawal juga, ikut dikumpulkan senjatanya. Berita acara pengumpulan senjata sampai dokumentasinya saat apel semua ada lengkap,” tandasnya.
Namun, Azis akan tetap melakukan pengecekan perihal video tersebut untuk mengetahui lokasi kejadian maupun petugas yang bersinggungan dengan pelajar.
“Nah nanti saya cek apakah itu anggota saya, dan apabila memang itu di wilayah saya tentu akan dikoreksi terlebih dahulu,” pungkasnya.
179 pelajar diamankan
Kemarin, kurang lebih 179 pelajar berhasil diamankan Polresta Depok. Mereka didata dan diberikan pembinaan, termasuk memanggil kepala sekolah dan orang siswa.
Azis Andriansyah menuturkan, pihaknya telah mengawasi pergerakan para pelajar yang hendak melakukan aksi unjuk rasa terutama di wilayah berjuluk seribu belimbing tersebut.
“Anak-anak ini di bawah umur. Walau kebebasan berpendapat itu dilindungi undang-undang, namun anak-anak ini belum memiliki tanggung jawab untuk ikut aksi, terutama dalam hal pembahasan yang kini menjadi isu nasional,” ujarnya.
Menurut dia, penahanan tidak dilakukan terhadap ratusan pelajar tersebut. Sebagian besar, telah dipulangkan bersama orang tuanya. Selebihnya, diserahkan kepada pihak sekolah.
“Ini adalah cara kami, Jadi ketika ada keberangkatan siswa yang ikut unjuk rasa segera dilakukan pencegahan. Bahasanya, bukan diamankan namun lebih ke arah pembinaan. Sehingga, mereka tidak berangkat ke Jakarta apalagi bila berpotensi membuat kerusuhan yang nantinya harus ditangkap jadi kita cegah sejak awal,” katanya.
View this post on Instagram
Pembinaan yang dilakukan kepada ratusan pelajar tersebut diakui Azis cukup tegas dibandingkan dengan yang diberikan oleh orangtua maupun sekolah. Kemungkinan, juga orang tua belum menghimbau sehingga mereka leluasa ingin ikut aksi demonstrasi.
Ke depan, Polresta Depok juga akan menyurati sekolah-sekolah yang siswanya kedapatan hendak melakukan aksi unjuk rasa. Hal itu dirasa penting, melihat banyaknya siswa yang dibina petugas hari ini.
“Kami berharap sekolah maupun orang tua murid juga tegas dalam mendidik pelajar ini. Kemudian lebih ketat dalam, memantau anak-anaknya,” terangnya.
Penebalan personel
Dia menambahkan penebalan kekuatan personel kepolisian dilakukan dalam menghalau pelajar yang hendak ikut aksi ke Gedung DPR Senayan, Jakarta Selatan.
Isu yang berhembus, menyatakan aksi unjuk rasa besar-besaran ke DKI Jakarta juga akan terjadi besok, Selasa 1 Oktober 2019. Sejumlah personel dari Polresta Depok, telah disiagakan di sepanjang titik Stasiun yang mengarah ke Jakarta mulai dari Bojong Gede hingga Universitas Indonesia.
“Penebalan, sudah dilakukan sejak Minggu lalu diawali dengan mengawasi pergerakan pelajar hingga melakukan pembinaan terhadap mereka,” ujarnya.
Tindakan yang dilakukan kepolisian, tutur Azis lebih mengedepankan preventif (pencegahan) dibandingkan Represif (penindakan). Melihat, para pelaku aksi masih berusia dibawah umur.
Salah satu, tindakan tersebut adalah menerjunkan kapolsek ke sekolah-sekolah STM maupun SMA di wilayah Depok, untuk memberikan pemahaman kepada pelajar agar tidak terhasut isu unjuk rasa.
Provinsi Jabar turun tangan
Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Jabar Aang Karyana, mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan himbauan tertulis terhadap sekolah-sekolah SMA maupun SMK, yaitu dengan mengabsen siswanya secara rutin sejak pagi, siang, sore. Koordinasi dengan pihak keamanan juga diharuskan baik sekolah swasta maupun negeri.
“Intinya, pembinaan secara preventif telah dilakukan dengan berkaca dari aksi demo pelajar awal. Tapi kemungkinan, yang ikut aksi ini dia bolos dari rumah mau sekolah, tapi tidak sampai malah begitu,” jelasnya.
Selanjutnya, edaran berupa himbauan untuk menggembok gerbang sekolah saat kegiatan belajar mengajar juga telah dilakukan. Atas kejadian tersebut, Aang mengaku akan segera memonitor dan menghubungi sekolah terkait.
“Tentu ada monitoring, kami juga tidak mau ada kejadian seperti ini. Seluruh upaya telah dilakukan termasuk menempatkan guru piket untuk mengawasi murid-murid di tempat strategis (tempat kongkow siswa),” pungkasnya.