“Oom Otok-Otok Oom” merupakan judul pameran tunggal Enrico Halim yang berlangsung dari 16 Februari sampai 15 Maret 2019 di galerikertas studiohanafi.
Otok-otok merupakan sebuah permainan anak-anak yang sudah sejak lama berada di kehidupan masyarakat kelas bawah Indonesia. Dalam konteks pameran di galerikertas studiohanafi, melalui Otok-otok itu, Enrico Halim ingin memosisikan kembali pikiran-pikiran dan kerja-kerja sederhana di dalam kepala kita.
“Meruwat pikiran dan hati dengan sesuatu yang remeh-temeh yang ada di sekitar kita. Memperhatikan sesuatu yang biasa diabaikan, bisa jadi sebuah kegiatan yang dibutuhkan untuk membongkar kesadaran palsu yang selama ini kita adopsi dengan lekat,” tutur Enrico.
Di dalam pameran ini, kertas digunakan sebagai medium yang menampilkan pembesaran dari berbagai aspek, detail dari mainan Otok-otok bermaterial kaleng itu. Dari berbagai pembesaran itu diharapkan kehadiran manusia pada mainan itu akan makin terasa.
Selain sebagai medium, kertas dipertemukan dengan kawat dan komponen-komponen elektronika—material yang juga berangsur menghilang dari daftar kegiatan ekstrakuler pelajar sekolah menengah di Indonesia. Kehadiran kawat dan komponen elektronika tersebut berguna untuk menyodorkan gagasan untuk saling menguatkan dalam perjalanan menuju revitalisasi bersama.
Seno Gumira Ajidarma menanggapi karya-karya Enrico Halim sebagai pengembangan gagasan dari segala kemungkinan yang diberikan kapal otok-otok itu. Ia memaknai bagaimana proses kreatif berlangsung sebagai bagian dari gejala kebudayaan yang berkelanjutan.
Menurutnya, Kapal otok-otok memang masih ada, tetapi konteks Enrico adalah kapal otok-otok dalam kepalanya sendiri, baik sebagai kenangan, maupun sumber gagasan. “Bukan lagi sebagai mainan kanak-kanak atau barang dagangan, tetapi membawanya ke wilayah dimensional baru dalam dunia penciptaan seni kontemporer. Bukan berarti terangkat menjadi lebih “tinggi”, sebaiknya justru mendapat penghargaan sesuai dengan daya gugahnya,” tutur Seno.
Pameran “Oom Otok-Otok Oom” akan dibuka oleh Hanafi, Heru Joni Putra, dan Dede Sulaeman, selaku RT 02 RW 12 Parung Bingung, Depok. Musik angklung perkusi Depok dan dangdut gerobak akan turut memeriahkan pembukaan pameran.
Program utama lainnya adalah bincang karya bersama Enrico Halim, Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh pada 23 Februari 2019, pukul 14.00-18.00 WIB. Diskusi ini juga terbuka untuk para perupa muda yang tertarik memperbicangkan karyanya bersama Enrico.
Enrico Halim bekerja sebagai desainer grafis. Pada 1994 ia mulai menerbitkan media bernama Aikon. Media berformat jurnal yang fokus pada isu lingkungan hidup, sejarah, dan seni itu, atas bantuan teman-teman, didistribusikan secara gratis di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali.
Pada pertengahan 2016 ia menyusun program Pulauku Nol Sampah dan bersama teman-teman serta berbagai kementerian mendorong banyak kegiatan di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pada tahun yang sama, ia mulai mengumpulkan dan mencatat berbagai hal tentang mainan kapal otok-otok di Desa Jemaras.