DEPOK- Reza, tersangka muncikari prostitusi di salah satu apartemen di Kota Depok menceritakan terkait siapa saja pelanggan yang kerap bertransaksi seks melalui jasanya.
Dia mengatakan selama ini para pelanggan yang tertarik dengan kencan singkat itu berasal dari banyak kalangan, baik tua maupun muda.
“Ada orang tua, kebanyakan mahasiswa,” katanya di Polresta Depok, Selasa, 22 Oktober 2019.
Praktik Prostitusi di apartemen yang berlokasi di Jalan Margonda Kota Depok bukanlah hal baru di kalangan masyarakat. Banyak yang bilang pusat prostitusi di Kota Depok adalah di apartemen tersebut.
Beberapa kali kasus tersebut terungkap. Reza adalah salah satunya yang ditangkap polisi. Pemuda berusia 20 tahun asal Kemiri Muka, Kecamatan Beji Depok Itu hanya bisa tertunduk di balik penutup wajah saat polisi menggelar pers konpers di Polresta Depok.
Reza mengatakan dirinya menjadi perantara seks tersebut dengan cara mempromosikan sejumlah kenalan wanitanya lewat Twitter. Untuk sekali kencan singkat dipatok seharga Rp600.000.
“Itu sudah dengan kamar apartemen. Saya dapat bagian Rp150.000. Dalam sehari, bisa dapat tamu dua kali. Penghasilan maksimal yang saya peroleh dalam semalam paling Rp300.000,” ujarnya.
Pemuda bertubuh kurus ini mengaku baru beberapa bulan menjadi muncikari. Awalnya, dia bekerja kepada salah satu pemilik kamar apartemen.
“Saya kerja, bersihin kamar. Biasanya, kamar itu suka ada yang nyewa mereka bayar terus nanti saya setorkan ke pemilik kamar,” bebernya.
Setelah keluar bekerja, dirinya mulai terjun menjadi muncikari berbekal pertemanan dengan beberapa wanita yang mengaku butuh tambahan pendapatan.
“Saya mulai menjalani sejak September 2019 lalu, awalnya ada lima perempuan mereka memang suka nyewa kamar. Karena kenal, sering curhat katanya butuh tambahan,” jelasnya.
Menurutnya, perempuan yang terjerumus dalam bisnis esek-esek tersebut berusia di atas 17 tahun dan sudah pernah menikah. Mereka berstatus janda, memiliki anak.
“Saya hanya bantu cari tamu saja, lalu dapat bagian kalau yang lainnya tidak tahu,” paparnya.
Cara muncikari tawarkan prostitusi di Depok
Sementara itu, Kasubag Humas Polresta Depok AKP Firdaus menuturkan aktivitas Reza sebagai muncikari sudah dipantau pihak Satuan Reserse Kriminal Polresta Depok jauh-jauh hari. Reza biasa menggunakan akun twitter dengan menggunakan nama wanita Agnes Amalia.
Lewat akun tersebut, pelaku mempromosikan bisnis birahi kepada pria hidung belang. Alih-alih tergiur kenikmatan sementara, mereka akhirnya terpancing dan ingin mencoba.
“Negosiasi dan deal harga dilakukan secara online,” ujar Firdaus.
Setelah kesepakatan harga dengan konsumen selesai, sang muncikari langsung memberikan nomor wanita yang siap berkencan berikut kamar apartemen.
“Mereka janjian ketemuan di apartemen tersebut, perantaranya ya pelaku ini,” ucapnya.
Firdaus menuturkan pihaknya masih mengidentifikasi, apakah ada korban lain yang pernah di jual untuk prostitusi. Keterangan sementara, pelaku menjalankan bisnis itu sejak September 2019 kemarin dan korbannya baru satu.
Reza sendiri mengaku tidak pernah memaksa korban-korbannya untuk berkencan dengan konsumen. Para perempuan itu mengaku butuh tambahan ekonomi. Dirinya sendiri, hanya berperan sebagai perantara.
Hingga berita ini diturunkan, Reza telah mendekam dibalik jeruji besi Polsek Beji Kota Depok. Dirinya terancam Pasal 11 Undang-undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang tindak pidana perdagangan orang.
Reza dicokok polisi di Apartemen Margonda Residence 2 pada Jumat 18 Oktober 2019 kemarin. Petugas juga mengamankan seorang wanita berinisial H di dalam kamar apartemen.