Pengaruh Status Pasien Covid-19 pada Pencalonan Idris

PEMILIHAN Wali Kota Depok tinggal 13 hari lagi. Namun, kabar tidak mengenakan datang dari salah satu calon Wali Kota Depok, Idris Abdul Somad. Calon yang berpasangan dengan Imam Budi Hartono tersebut dinyatakan positif Covid-19 pada Kamis (26/11). Kenyataan itu tentu mengkhawatirkan, mengingat sang incumbent tengah gencar melakukan kampanye. Apalagi, angka pemilih yang belum menentukan pilihannya (swing voters) masih besar, dan tentu saja mempengaruhi keterpilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok 2020-2024. 

Menurut hasil survei Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) pada 17 November lalu, swing voters dalam Pilkada Kota Depok menyentuh 14,4 persen. Sementara, tingkat keterpilihan paslon nomor urut 2, Idris-Imam sebesar 36,4 persen, masih kalah dari paslon nomor urut 1, Pradi Supriatna – Afifah Alia yang menyentuh angka 42,2 persen. Sisanya 7 persen sudah menentukan pilihan; tidak akan memilih pasangan manapun. 

Angka-angka tersebut menandakan siapa pun yang mampu menggaet hati swing voters, maka dialah yang bisa keluar sebagai pemenang pada pencoblosan 9 Desember 2020. Sementara, kondisi kesehatan Idris akan menjadi masalah tersendiri dalam memperebutkan angka swing voters tersebut. Terlebih, waktu  kampanye tinggal 9 hari lagi, dan Idris harus isolasi mandiri hingga 14 hari. Bisa jadi, pada 9 Desember nanti, Idris pun akan mencoblos di tempat khusus pasien Covid-19. 

Pengaruh ke pemilih

Meski KPU terus menyatakan siap melaksanakan pilkada dengan protokol kesehatan yang ketat, namun masih banyak masyarakat yang meragukannya. Banyak pihak yang masih menganggap pilkada akan menjadi klaster baru Covid-19. Siapa korbannya? tentu saja pemilih. Lagi-lagi, kabar Idris yang terkonfirmasi positif Covid-19 ini akan menjadi teror baru. Alih-alih akan menggaet swing voters agar datang ke TPS untuk memilih, bisa jadi para pemilih Idris kembali ragu untuk datang ke TPS. Alasannya, Idris sendiri tak mampu menjaga dirinya agar tak terpapar virus corona. 

Lebih dari itu, Idris sebelum cuti kampanye adalah Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok. Celakanya, tugas dalam menangani Covid-19 di kota itu tidak dibagikan kepada wakilnya, Pradi Supriatna, yang kini menjadi lawannya. Artinya, apapun masalah dalam penanganan virus dari Kota Wuhan, Cina itu, menjadi tanggung jawab Idris. Hal ini setidaknya terungkap dalam debat kandidat beberapa waktu lalu. Saat itu, Pradi bertanya soal sejauh mana evaluasi Idris dalam penanganan pandemi Covid-19 di Depok. 

Untuk diketahui, Kota Depok menyandang predikat sebagai kota dengan kasus positif Covid-19 tertinggi di Jawa Barat. Ketika semua kota lain di Jabar berstatus zona orange pada dua pekan lalu, Kota Depok masih berstatus zona merah. Hingga saat ini, status Kota Depok itu masih sama, dengan angka total 9.835 kasus. Sebanyak 7.616 kasus di antaranya telah sembuh dan 262 jiwa meninggal dunia. 

Terpaparnya Idris tentu menjadi gambaran, bagaimana kemampuan dirinya memimpin penanganan penyebaran Covid yang telah membunuh 16.352 orang (per 26 November) di seluruh Indonesia. Lebih dari itu, kondisi kesehatan Idris, lebih kurangnya, akan mempengaruhi persepsi para pemilih di Pilkada Kota Depok, terutama swing voters yang masih mencuri pandang siapa calon yang pas memimpin kota urban ke depan. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *