Depok Masuk Jajaran Kota Intoleran di Indonesia Versi Setara Institute, Mohammad Idris Langsung Bereaksi

DEPOK24JAM, – Depok masuk dalam jajaran kota Intoleran di Indonesia berdasar hasil survei yang dilakuakn Setara Institute.

Setara Institute belum lama ini merilis Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 di 94 kota di Indonesia, di mana Kota Depok menempati peringkat ke-93 atau peringkat dua terbawah.

Hasil ini membuat Kota Depok menjadi salah satu kota Intoleran dalam tiga tahun terakhir menurut hasil survei Setara Institute.

Dilansir dari Republika.co.id, pada tahun 2021, Kota Depok menduduki peringkat ke-94 alias peringkat paling rendah dan pada 2020, menempati peringkat ke-86.

Terkait hal ini Wali Kota Depok, Mohammad Idris pun bereaksi. Dia meminta agar dilakukan peninjauan kembali terhadap metodologi dan pendekatan pada survei yang dilakukan Setara Institute tersebut.

“Saya tidak menyalahkan survei itu, itu hak mereka untuk menyampaikan, tapi pertama tolong ditinjau kembali sisi metodologi pendekatannya,” kata Mohammad Idris dikutip dari Detik.com.

Idris mengatakan jangan sampai hanya karena ada satu kasus pembatasan Ahmadiyah, dijadikan dalil segala-galanya.

Sehingga menurut Idris mesti dilihat kembali metode seperti apa yang dipakai sampai Depok mendapat predikat kota Intoleran.

Pasalnya, kasus pembatasan kegiatan Ahmadiyah di Depok, ungkap Idris dimaksudkan untuk pengamanan agar tidak ada konflik antarwarga.

“Itu kan tindakan kita karena sebenarnya untuk pengamanan, pengamanan agar tidak terjadi konflik antarwarga, sebenarnya itu, itu yang sudah kita pahamkan ke hak asasi manusia,” bebernya.

Idris pun mencontohkan dirinya yang kerap meresmikan rumah ibadah. “Saya tiap tahun bisa dihitung, misalnya gereja rumah-rumah ibadah itu yang saya tandatangan sebagai peresmiannya, seperti itu,” ucapnya.

“Apakah ini intoleran, tanyakan saja ke teman-teman Protestan atau Katolik apakah mereka ada pembatasan,” sambung Idris.

Wali Kota Depok ini juga menyebut, tidak ada tindakan diskriminasi terhadap umat nonmuslim di wilayah yang dipimpinnya.

Idris mengungkap, dari 2.000 pembimbing rohani, 25 persen di antaranya berasal dari nonmuslim. “Alhamdulillah selama ini tidak adalah tindakan-tindakan diskriminasi dengan mereka tidak ada,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *