Lagu Radiasi Sufi Karya The All Innocent Bicara Soal Hal Transendental

 Oleh Franco Londah

 Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimia-i Sa’adah menjelaskan, para sufi memanfaatkan kesenian dan musik sebagai medium untuk membangkitkan cinta yang lebih besar kepada Pencipta dalam diri mereka. Dan dengan bermusik, para sufi kerap mendapatkan penglihatan dan kegairahan rohani.

Intepretasi khas Sufistik itulah yang kemudian diserap dan dimodifikasi oleh kugiran alternative rock – The All Innocent lewat karyanya yang berjudul “Radiasi Sufi”. Tentang kepasrahan kepada sang Maha, Radiasi Sufi adalah persembahan bagi teman-teman dan rekan musisi di lingkup musik yang sedang atau pernah melewati fase putus asa dalam hidup. “Latar belakang dari terciptanya Radiasi Sufi adalah banyaknya rekan/teman didunia musisi maupun lainnya yang putus asa meskipun mereka sudah berusaha keras.”  

Diterjang rentetan ketidakpastian, bencana dan pergumulan hidup namun sejatinya tetap merayakan hidup di titik maksimal sebagai sebuah keharusan tanpa alasan apapun.

“Makna dibalik Radiasi Sufi adalah karena dibalik kepasrahan  itu kita bisa menemukan apa yang kita mau dengan jalan yang tidak diketahui, “ tukas Achill sang troubadour, frontman sekaligus gitaris dari The All Innocent. “Pesannya sendiri, agar orang-orang tidak pernah menyerah meskipun perjalanan yang dirasa terasa sangat berat dan berusaha berfikir positif atas apapun yang terjadi,” tambah Achill dalam sesi wawancara melalui pesan surel.

Bermula dari perjalanan spiritual yang dialami oleh personil dari The All Innocent,  terkhusus bagi Achill yang menurut pandangannya, perjalanan hidupnya terasa begitu luar biasa, seperti babak dalam sebuah film dengan bumbu plot twist yang tidak terprediksi, “”too good too be true aja sebenernya, mungkin kalimat itu dirasa tepat mewakili apa yang saya alami.

Pikiran yang selalu liar menelisik banyak hal, sehingga sulit fokus, namun apa yang diimpikan terjadi dengan dengan sendirinya. Benang merahnya adalah kepasrahan menuntun kita pada mimpi-mimpi yang jalannya sudah ditentukan oleh Tuhan,” ungkap Achill yang mengamini bahwa karya-karya Jalaluddin Rumi menjadi salah satu kiblat terciptanya single “Radiasi Sufi” ini Untuk karya The All Innocent kali ini, boleh dikatakan Achill is Dead adalah sosok dibalik aransemen, susunan komposisi music dan urusan lirik  “Radiasi Sufi” secara keseluruhan.

Proses kreatifnya digarap di sarang Eastorsick,  di sisi bagian timur Kota Bandung, di tengah gempuran deru pabrik dan polusi industri yang mencekik paru-paru.

Achill menambahkan penggalan Bahasa Arab yang tertuang ke dalam lirik (meskipun nadanya sudah ada semenjak lagu “Radiasi Sufi” dibuat satu dekade silam), ia berdiskusi langsung dengan ahli diksi Bahasa Arab dan mempelajari ragam efek suara untuk memaksimalkan karya tersebut. Selain itu, barisan lirik yang terdapat dalam “Radiasi Sufi” secara eksplisit mendapat pengaruh kuat dari sastra sufi atau sastra tasawuf, termasuk sistem pencitraan, unsur penggunaan lambang, dan elemen metafora nya.

Single “Radiasi Sufi”, merupakan materi lama yang sudah dibuat sekitar 10 tahun kebelakang, tepatnya di tahun 2018 dan masuk kedalam mini album “Peri Mata”.  Sempat pula ditinggal 6 personil yang tutup usia dan  bergonta-ganti personil, hingga hilang sejenak dari keriuhan peredaran skena musik lokal – tidak menyurutkan band yang kini diperkuat;  vokalis juga gitar – Achill is Dead, Arief ‘’Kutuk’’ pada buzz, Reza yang memberikan hookline padat di bass, dan penjaga tempo di posisi drum oleh Rida Ucink, keempatnya memberikan ruh agar roda produktifitas berkarya The All Innocent tetap berdegup kencang.

Menurut Achill,  bagian favorit dari “Radiasi Sufi”  adalah  single ini memiliki corak dinamika yang unik, di mana emosi dari para pendengarnya dibuat naik turun, dan penekanan secara lirikal yang meskipun terkesan seperti gaya bahasa berbicara namun  nilai sastra yang terkandung didalamnya terasa sangat dalam sehingga bisa diterjemahkan ke berbagai sudut pandang.

Membahas sedikit tentang hubungan antara apa yang The All Innocent lakukan secara artistik dan musikal dengan dunia sufi, kehidupan sosial secara umum dan spesifik yaitu terlihat dari simbol-simbol dalam video klip dan lirik yang ditulis di radiasi sufi; Simbol ini dilambangkan oleh tiga tokoh yang ada dalam video klip.

Pertama-tama, penari melambangkan unsur raga yang membuat gerak tubuh bisa menjadi sebuah pencapaian kepuasan batin; pelukis melambangkan kekuatan visualisasi dan imajinasi yang bisa menjadikan apa yang ada dalam pikiran menjadi sebuah kenyataan; musisi melambangkan pendengaran karena ketika kita mendengar akan banyak masukkan yang kita terima untuk keselarasan diri kita. “Ketiganya melambangkan semua yang di dalam diri dan di luar diri akan bersinergi jika kita bergerak (melakukan sesuatu),” jelas Achill.

Secara makna, video klip “Radiasi Sufi” adalah apapun yang kita perbuat dalam hidup, disitu ada campur tangan Tuhan yang telah mengatur segalanya sedemikian rupa. Pendekatan kerohanian yang tunggal.

Dalam penggarapannya, video klip The All Innocent berkolaborasi dengan Eastorsick Organize yang mengatur segala hal untuk berjalannya proses pengambilan klip tersebut, Huni Bike Park yang menyediakan lokasi syuting, Zenexis.inc untuk segala rupa properti yang digunakan, dan Putra Karuhun sebagai talent.

Rencananya lagu ini akan dimasukkan ke dalam mini album “Paradogma” yang termasuk dalam album kolektor “Pustaka Dua Dekade” di mana video music “Radiasi Sufi” ini menyambung video klip “Luka Karya” yang sudah lebih dulu rilis di tahun 2021.  

Kedua karya tersebut adalah bagian dari serangkaian karya music The All Innocent yang akan dirilis bertahap dengan tujuan memecahkan rekor MURI kategori karya musik terbanyak yang dirilis dalam satu album penuh.  

Total sekitar sudah 48 lagu yang terekam selama rentang waktu 1997-2000 oleh The All Innocent. Hanya perkara waktu saja, keseluruhan karya mereka bisa dinikmati handai taulan semua. Tabik! []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *