Bicara soal Public Relations atau PR, pembahasannya takkan jauh-jauh dari komunikasi. Bagaimana tidak, PR merupakan cabang ilmu dari studi komunikasi.
Berbeda dengan cabang ilmu komunikasi lainnya seperti penyiaran dan periklanan, PR mempelajari mengenai cara membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan di satu lingkup daerah, memanajemen krisis, dan meningkatkan citra di mata masyarakat.
Padahal sebelumnya, belum ada yang namanya Public Relations atau Humas. Namanya propaganda yang pada masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II waktu itu sangat digalakkan demi meraih dukungan dan pengaruh dari masyarakat.
Propaganda biasanya bersifat komunikasi satu arah tanpa ada timbal balik. Berbeda 180 derajat dengan Humas yang bersifat dua arah dan mempunyai timbal balik.
Namun, semua itu tentu ada sosok yang melahirkan adanya Public Relations dan memiliki dampak dalam praktik terjalinnya hubungan sebuah pemerintahan dengan rakyatnya, dan sebuah perusahaan dengan masyarakatnya
Salah satu pelopor Humas dan tokoh yang dianggap paling berpengaruh dalam studi kehumasan ialah Ivy Lee. Ivy Lee merupakan lulusan dari Princeton University dan merupakan putra dari seorang pendeta bernama James Widerman Lee.
Yang unik dari sosok Lee disini ialah ia bukan lulusan dari studi komunikasi melainkan ekonomi. Lee sempat mencoba untuk masuk ke sekolah hukum, namun keluar setelah semester pertama.
Ia nantinya bekerja sebagai jurnalis dalam kurun waktu tiga tahun untuk media seperti New York Times, New York Journal, dan the New York World.
Pada tahun 1903, ia “banting setir” lagi ke ranah kehumasan dan bekerja untuk sebuah agensi Public Relations bernama the Citizens Union, yang bekerja untuk mengawasi tindak tanduk partai politik kala itu.
Dari sini, Lee melihat bahwa ada permasalah serius dalam kurangnya komunikasi dan kurangnya kejujuran di antara perusahaan dan masyarakatnya.
Lee bersama George Parker membangun agensi Humas bernama Parker and Lee pada tahun 1905. Parker and Lee merupakan salah satu dari tiga agensi Humas di Amerika Serikat pada waktu itu.
Agensi tersebut beroperasi dengan memegang nilai akurasi, keontetikan, dan ketertarikan. Lee berpikir, dalam menuangkan segala keterbukaan situasi harus dalam bentuk tulisan.
Ia menciptakan “Declaration of Principles” yang berisikan bahwa kewajiban praktisi kehumasan kepada media massa dan masyarakat adalah kejelasan dalam aktivitas yang dilakukan oleh satu organisasi dan mempublikasikannya lewat media massa. Dengan harapan meningkatkan hubungan antara satu sama lain.
Lee juga menjadi orang yang menciptakan press release perdana pada peristiwa kecelakaan fatal Pennyslvania Railroad. Press release tersebut merupakan bentuk sikap penolakan Lee atas bujukan eksekutif perusahaan untuk tidak mengatakan apa-apa ke media.
Pada tahun 1906, terjadi krisis perusahaan batu bara besar-besaran akibat para buruh mogok besar-besaran, Lee menangani krisis tersebut dan memberikan materi mengenai isu yang terjadi setiap harinya.
Perkara ini yang membentuk reputasinya dikenal dengan baik dan diminta menjadi penasihat pribadi John D. Rockfeller yang juga merupakan pemilik Standarts Oil. Masyarakat umum melihat Rockfeller sebagai sosok yang menakutkan, kemudian menjadi baik sampai akhir hayatnya atas saran-saran yang diberikan oleh Lee.
Lee meninggal pada tahun 1987 akibat tumor otak, meinggalkan seorang istri dan tiga anak.
Penulis, Aga Adi Winawan Mahasiswa UI Jurusan Komunikasi – Hubungan Masyarakat 2016