Guys kali ini kami akan membahas soal flyover di Depok. Ya, Depok sebagai salah satu kota favorit urbanisasi warga dari kota-kota besar lainnya memiliki tantangan yang harus dihadapi. Karena letak Kota Depok yang strategis berdekatan dengan ibu kota, maka sudah sewajarnya Depok mempunyai infrasturktur penunjang seperti jalan yang memadai untuk mengakomodasi aktifitas harian warganya.
Tengok saja ruas jalan Citayam dan Dewi Sartika yang kerap macet saat jam-jam sibuk. Apalagi keduanya dilintasi jalur kereta yang menambah kemacetan di dua jalur tersebut semakin menjadi-jadi. Maka alangkah baiknya di kedua ruas tersebut dibangun flyover. Selain itu, apa aja sih alasan kenapa Depok harus punya flyover di lokasi-lokasi yang rawan macet?
Pertambahan jumlah penduduk
Pada tahun 2016 menurut catatan Disdukcapil, Kota Depok mengalami kenaikan jumlah penduduk sebanyak 47.133 orang. Kenaikan ini didominasi oleh migrasi penduduk dari luar kota, sedangkan pada tahun 2018 penduduk Depok mengalami kenaikan sebanyak 2% kenaikan jumlah penduduk ini terjadi setiap tahunnya.
Pertumbuhan jumlah peduduk juga berarti bertambahnya kendaraan yang melintas dijalan-jalan Depok membuat pihak berwenang mencari strategi jitu salah satunya adalah sistem satu arah di jalan Dewi Sartika, Nusantara, dan Arif Rahman Hakim. Mengingat pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, diharapkan adanya pembaruan infrasturktur seperti flyover agar strategi yang dilakukan semakin efektif.
Keberadaan pasar dan pintu perlintasan kereta api
Untuk di jalan Dewi Sartika yang diberlakukan sistem one way, kemacetan masih sering terjadi pada waktu pagi dan selepas maghrib karena hal ini merupakan puncak volume kendaraan. Ditambah dengan buka-tutup pintu perlintasan kereta api yang memiliki hak mutlak didahulukan untuk keutamaan keselamatan kita semua. Itu belum dihitung jika ada kendaraan keluar masuk pusat perbelanjaan dan pasar pastinya membuat perjalanan makin tersendat.
Dengan dibangunnya flyover di jalan Dewi Sartika, maka akan mampu mengurai kemacetan dan dampak lainnya yang juga berarti meminimalkan resiko kecelakaan dari pengendara bandel yang sering menerobos palang pintu perlintasan kereta api.
Persoalan serupa tapi tak sama
Persoalan yang hampir identik terjadi di belahan Depok lain, tepatnya di ruas jalan Citayam. Citayam sendiri merupakan bagian terluar lain yang bersinggungan langsung dengan Kab. Bogor. Tidak sama dengan beberapa bagian Depok lain yang dapat menciptakan macet dari pusat perbelanjaan, dicitayam kemacetan terjadi karena banyak faktor yang harus ditata sedemikian rupa.
Di antaranya, banyaknya angkot yang ngetem nunggu penumpang, faktor kurang luasnya ruas jalan, lokasi palang pintu kereta api yang rentan (ada ditengah pusat kemacetan dan terrain agak menanjak) kehadiran pasar tradisional serta lokasi pintu masuk stasiun Citayam kurang tepat.
Warga Depok yang pernah melewati jalur ini pasti pernah tertahan selama 15-30 menit karena kemacetan yang terjadi. Bahkan pada kesempatan lain kemacetan bisa absolut mencapai 30 menit lebih dengan sebab jalur terkunci. Jalur terkunci ini sering terjadi sekitar 500 meter dari palang pintu kereta api tepatnya pada pertigaan pos polisi yang menghubungkan tiga jalur Pabuaran – Citayam – Hek.
Persoalan-persoalan ini belum ditambah dengan jalan Hek deket situ Citayam yang harus segera diperbaiki karena lubang jalan yang hampir tiap tahun timbul meski telah diperbaiki berulang kali. Pembangunan flyover diwilayah Citayam ini setidaknya berguna untuk dua hal yang pertama adalah mengurai kemacetan dan mentata wilayah Citayam agar lebih rapi aman dan nyaman. Kedua agar nama Citayam terangkat dan tidak dipandang sebelah mata oleh mayoritas warga luar kota Depok.
Nah, kamu setuju gak guys kalo di ruas Dewi Sartika dan Citayam dibangun flyover? Sekedar info saja, Pemkot Depok telah mengusulkan kepada Pemprov Jabar untuk memberikan bantuan anggaran pembangunan flyover Dewi Sartika dan Citayam. Wah semoga segera terealisasi ya.