Gencarnya isu radikalisme saat ini menimbulkan kecurigaan berbagai pihak. Guru agama ditenggarai menjadi pihak yang bertanggungjawab atas menyebarnya paham radikal di kalangan siswa.
Kenyataannya, pemahaman keagamaan siswa masa kini tidak hanya bersumber dari guru. Siswa masa kini adalah siswa generasi Z yang lekat dengan informasi digital. Beragam informasi keagamaan bisa diakses dengan mudah dan bahkan sangat berlimpah.
Tanpa filter yang baik, maka tidak tertutup kemungkinan siswa akan terjerat pada pemahaman radikal. Karenanya, seorang guru masa kini harus mampu memahami karakteristik siswa generasi Z agar mampu memberikan pemahaman keagamaan secara optimal.
Berlatar belakang masalah di atas, Prodi Agama Islam bekerjasama dengan ADPISI (Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Seluruh Indonesia) dan MGMP PAI SMP melakukan workhop Strategi Pembelajaran PAI Bagi Generasi Z pada hari Senin 21 Oktober 2019 di SMPN 74 Jakarta. Workshop ini dihadiri oleh lebih dari 30 (tiga puluh) guru PAI di SMP wilayah Jakarta Timur.
Kegiatan yang dikomandoi oleh Sari Narulita, M.Si, ini dimulai pukul 07.30 WIB sampai pukul 12.00. Acara inti pada kegiatan hari ini yaitu pemaparan materi yang disampaikan oleh Rihlah Nur Aulia, MA dengan tema “Karakteristik dan Gaya Belajar Generasi Z”. Paparan awal menitikberatkan pada karakteristik Gen Z yang lekat dengan gadget dan bagaimana guru mampu memberdayakan gadget atau handphone dan internet menjadi sumber pembelajaran bagi siswa; ditunjang dengan arahan dan intruksi yang jelas dalam penggunaannya hingga siswa dapat lebih bijak mengelola ragam informasi yang diterimanya melalui dunia maya.
Sinergi antara orang tua, guru, dan sekolah sangat diperlukan untuk mengontrol dan mengawasi penggunaan internet Gen Z hingga siswa mampu memilah informasi yang valid sumbernya; dan bukan informasi yang menyebabkan pemikiran radikalisme agama berkembang.
Materi kedua disampaikan oleh Dr. Andy Hadiyanto dengan tema materi “Reformulasi PAI Dalam Era Revolusi”. Materi ini menitik beratkan pada bagaimana cara mendidik siswa beragama bukan hanya paham akan agama, namun juga hidup dengan nilai-nilai agama. Beliau pun memaparkan tentang kecakapan yang harus dimiliki oleh guru agama dalam menghadapi tuntutan abad 21. Di antaranya: berpikir kritis, kreatif, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dan dapat berkolaborasi dengan semua kalangan tanpa melupakan jati dirinya.
Melalui kegiatan workshop ini. banyak peserta yang merasa termotivasi untuk menjadi guru yang mampu memahami karakteristik siswa dengan menciptakan Pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan cara mengajar yang menyenangkan bagi Gen Z; yakni melalui pembelajaran yang dikemas secara kreatif. Para peserta berharap kegiatan seperti ini terus dilakukan secara berkesinambungan; selain menjadi ajang untuk meningkatkan wawasan keagamaan dan pembelajaran agama yang efektif; juga menjadi ajang silaturahmi sesame guru PAI. (ADV)