Ini Serangkaian Penangkapan Teroris Pasca Bom Bunuh Diri di Medan

DEPOK- Pasca insiden bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara, Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri berupaya mengejar para pelaku terorisme. Hasilnya, empat orang terduga teroris berhasil ditangkap.

Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan para terduga teroris itu berasal dari wilayah Banten dan Jawa Tengah.

“Tiga dari Banten, satu dari Jawa Tengah. Dugaan sementara untuk tiga orang tersebut keterlibatannya mengikuti JAD Banten, untuk satu orang lainnya masih dalam tahap pengembangan,” ucap Dedi di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok Kamis 14 November 2019.

Mereka diketahui juga telah mengikuti pelatihan militer dan terjun bersama ISIS di Suriah. Sementara itu menurut Dedi sebelum tragedi Bom Bunuh diri di Mapolresta Medan, Tim Densus 88 juga menangkap para terduga teroris di wilayah Riau.

Dimulai pada tanggal 9 November 2019, di Desa Kuapan, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru Kabupaten Siak Provinsi Riau dengan terduga teroris berinisial S.

“Dia termasuk jaringan WN dan Muhammad Fauzan, yang sudah ditangkap terdahulu. Dari hasil penggeledahan di kediaman S diperoleh barang bukti berupa senjata tajam, pipa paralon, paku-paku, ketapel,” bebernya.

Di hari yang sama, satu terduga teroris bernisial WN berhasil diringkus dengan barang bukti berupa delapan buah tabung air soft gun dan anak panah berikut busur. Kemudian, pengejaran terduga teroris di wilayah Provinsi Riau berlanjut menyasar satu tersangka berisial MFD atau Koi yang merupakan pemimpinnya.

“Ketiganya, diketahui telah melakukan latihan militer bersama-sama dan hendak melancarkan aksi terorisme, juga perencanaan serangan di wilayah Jambi. Disitu, disita barang bukti berupa motor dan beberapa alat komunikasi,” katanya.

Pengembangan dugaan terorisme berlanjut, hingga menangkap seorang wanita berinisial S alias Umubila. Dia adalah, istri dari terduga teroris berinisial M. Penangkapan, dilakukan di sebuah rumah kontrakan yang berlokasi di Kecamatan Tapan Kabupaten Riau. Petugas mengamankan beberapa barang bukti, berupa alat komunikasi dan kendaraan roda dua.

Selanjutnya, di tanggal 11 November 2019 petugas kembali meringkus terduga teroris berinisial D di Kecamatan Siak, Kabupaten Riau.

“Ini juga. Satu jaringan dengan MF,” tandasnya.

Dedi mengatakan, dari serangkaian penangkapan para terduga teroris mulai dari tanggal 9 November hingga 13 November 2019 terhitung 10 orang.

“Jadi lima orang dari Riau, satu dari Bekasi, tiga dari Banten, satu dari Jawa Tengah,” pungkasnya.

Pemkot Depok perketat pengawasan

Sementara itu, Pemerintah Kota Depok mengklaim akan memperketat pengawasan terhadap keluar masuknya warga baru dan pendataan penduduk.

“Karena di sini bisa dikatakan mampu dimanfaatkan untuk transit orang-orang yang melakukan kejahatan,” ucap Wali Kota Depok Mohammad Idris, Kamis 14 November 2019.

Menurut dia, peningkatan pengamanan bukan hanya karena ada insiden bom bunuh diri di Polrestabes Medan. Kebijakan tersebut terpaksa dikeluarkan karena selama ini Kota Depok kerap kali terjadi penggerebekan orang-orang yang terkait aksi terorisme atau tindak kejahatan lainnya.

“Kita punya kerjasama koordinasi yang bagus, tiap bulan ada rapatnya dan kerja-kerja di lapangan termasuk pengawasan terhadap rumah-rumah kontrakan,” bebernya.

Oleh sebab itu, kedepannya Idris akan menginstruksikan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), serta berkoordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) dan Imigrasi.

Seperti diketahui, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono membekuk Wiji, sekitar pukul 06.10 WIB, Selasa, 12 November 2019.

Menurut dia, terduga teroris tersebut berdomisili di Perumahan Bukit Mampang Residence Utara Nomor N 8, RW 09, Grogol, Limo, Depok. Polisi masih mendalami asal kelompok teror yang menaungi Wiji.

“(Diringkus) di sekitaran Sekolah Dasar Islam Terpadu Izzati, Tanah Baru, Depok,” katanya.

Argo mengatakan Wiji pernah berperan sebagai penghubung para teroris pada 2014. Selain itu, dia pernah menjadi pelatih di Moro, Filipina, pada 1999 untuk angkatan pertama kelompok teror: 2001 atau 2002.

“Dia juga memiliki keahlian militer membuat bom dan perakit senjata, dan pernah ke Suriah tahun 2012 bersama Askari dengan tujuan menjalin hubungan dengan FSA (Free Syrian Army),” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *