Hari ini, Senin (26/3/2018), kasus kematian Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia angkatan 2013 tepat tiga tahun.
Namun, kasus tersebut hingga saat ini belum terungkap. Awalnya, kematian Akseyna Ahad Dori yang ditemukan pada 26 Maret 2015 itu diduga bunuh diri. Tapi polisi menemukan fakta lain yakni Akseyna diduga dibunuh.
Apa saja fakta tentang kematian Akseyna yang misterius tersebut? Depok24jam telah merangkum fakta-fakta berikut ini. Simak yuk!
1. Tempat kejadian perkara pembunuhan rusak
Polisi mengaku kesulitan mengungkap kasus kematian Akseyna Ahad Dori lantaran tempat kejadian perkara atau TKP sudah rusak dari awal. Polisi telah menggeledah kamar kos Akseyna di kawasan Beji, Depok untuk menemukan sidik jari siapa pelaku dugaan pembunuhan tersebut. Namun, karena banyaknya sidik jari teman-temannya di kamar Akseyna, polisi sulit mengungkapnya.
Rusaknya TKP juga terjadi di lokasi dugaan pembunuhan, yakni Danau Kenanga, Universitas Indonesia. Lokasi danau tersebut sudah rusak karena dikerumuni banyak warga saat ditemukannya jasad Akseyna. Sehingga menyusahkan penyelidikan polisi.
Jasad Akseyna juga saat ditemukan langsung dievakuasi sehingga proses penyelidikan sulit didapat. Seharusnya jenazah korban dibiarkan hingga polisi bisa mengeksplorasi olah TKP.
2. Baru satu alat bukti
Penyelidikan polisi selama tiga tahun ini hanya menemukan satu alat bukti. Namun, polisi enggan membeberkan alat bukti apa yang dimaksud untuk mengungkap siapa pembunuh Akseyna.
Untuk mengungkap kasus tersebut, setidaknya ada dua alat bukti yang dikantongi polisi. Sehingga pelaku terduga pembunuhan Akseyna bisa diungkap. Kesulitan memperoleh alat bukti tersebut salah satunya karena TKP kasus Akseyna sudah rusak.
3. Gonta-ganti Kapolres Depok
Kasus kematian Akseyna Ahad Dori terjadi ketika Polresta Depok dipimpin Kombes Pol Ahmad Subarkah pada 2015. Pengganti Subarkah yakni Kombes Pol Dwiyono sempat mengatakan akan berusaha untuk mengungkap kasus tersebut. Namun, hingga ia tidak menjabat lagi jadi Kapolresta Depok, kasus tersebut pun mandek.
Gonta-ganti Kapolresta Depok memberi harapan baru agar kasus kematian Akseyna bisa terkuak. Tapi ternyata harapan tinggal harapan. Setelah Polresta Depok dijabat Kapolres baru yakni Kombes Pol Harry Kurniawan, kasus Akseyna tetap jalan di tempat.
Begitu juga dengan Kapolresta Depok Kombes Pol Herry Heryawan yang dikenal jago mengungkap kasus. Namun tetap saja nihil. Kasus Akseyna gak pernah menunjukkan progres yang berarti. Hingga Kapolresta Depok saat ini yakni Kompes Pol Didik Sugiarto pun belum bisa mengungkap siapa pembunuh Akseyna.
Artinya, setelah gonta-ganti Kapolres Depok selama lima kali, kasus Akseyna belum ada perkembangan.
4. Keluarga Akseyna minta bantuan Jokowi
Misteri kematian Akseyna menjadi pukulan berat bagi keluarga korban. Mereka tak lelah bertanya dan berharap agar pelaku bisa segera diungkap.
Beberapa kali ayah korban, Mardoto mendesak kepolisian dan pihak kampus agar segera mengungkap kasus tersebut. Ia tak pernah putus asa agar pelaku pembunuhan anaknya itu segera ditangkap.
Hari ini, tepat tiga tahun kematian anaknya itu, Mardoto berusaha meminta bantuan langsung kepada Presiden Jokowi. Mardoto berkicau di Twitter agar kasus pembunuhan anaknya bisa terungkap. Berikut cuitannya di akun Twitter @mardoto:
• 26 Maret 2018 ini tepat 3 tahun, kasus pembunuhan #akseyna (Al Fatihah untuknya) di Danau Kenanga Universitas Indonesia.
• Pak @jokowi mhn dukungan bpk selaku Presiden RI, agar ditemukan pelakunya sgr & dituntaskan kasus ini.
CC: @PolhukamRI @DivHumas_Polri @HumasMetroJaya— Mardoto (@mardoto) March 25, 2018
Mardoto terus mendesak agar polisi dan pihak kampus bertindak cepat mengungkap kematian anaknya. Ia heran dengan pihak UI yang cenderung tertutup untuk menguak kasus tersebut.
Namun, hingga kapan pun Mardoto dan anggota keluarga korban lainnya akan tetap percaya bahwa kasus anaknya itu suatu saat akan terkuak. “Insya Allah percaya kepada takdir bahwa kebenaran pasti terungkap,” ujarnya seperti dikutip dari Pikiran Rakyat.
Sumber Featured Image: Mediajurnal